Contoh soal dan jawaban metode harga pokok pesanan full costing – Ingin memahami metode perhitungan harga pokok pesanan (full costing) dengan lebih baik? Artikel ini akan membantu Anda! Melalui contoh soal dan jawaban yang disajikan secara rinci, Anda akan mempelajari cara menghitung biaya produksi, harga pokok produksi, dan menentukan harga jual dengan metode full costing. Mari kita selami dunia perhitungan biaya ini dan temukan bagaimana metode full costing dapat diterapkan dalam berbagai industri.
Metode full costing, juga dikenal sebagai metode penyerapan biaya, merupakan pendekatan yang mempertimbangkan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, dalam perhitungan harga pokok pesanan. Metode ini sangat bermanfaat dalam menentukan harga jual produk, menganalisis profitabilitas, dan membuat keputusan bisnis yang tepat.
Pengertian Metode Harga Pokok Pesanan (Full Costing)
Metode harga pokok pesanan atau full costing merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, ke dalam harga pokok barang yang diproduksi.
Contoh Ilustrasi Penerapan Metode Full Costing
Berikut contoh ilustrasi penerapan metode full costing dalam sebuah perusahaan manufaktur:
Misalnya, perusahaan manufaktur “ABC” memproduksi 1.000 unit produk A. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan ABC adalah sebagai berikut:
* Biaya Bahan Baku: Rp 10.000.000
* Biaya Tenaga Kerja Langsung: Rp 5.000.000
* Biaya Overhead Pabrik: Rp 3.000.000 (terdiri dari biaya tetap Rp 1.000.000 dan biaya variabel Rp 2.000.000)
Dengan metode full costing, semua biaya produksi tersebut dibebankan ke dalam harga pokok produksi. Berikut perhitungannya:
Harga Pokok Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik
Harga Pokok Produksi = Rp 10.000.000 + Rp 5.000.000 + Rp 3.000.000
Harga Pokok Produksi = Rp 18.000.000
Kemudian, harga pokok produksi tersebut dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi untuk mendapatkan harga pokok per unit.
Harga Pokok Per Unit = Harga Pokok Produksi / Jumlah Unit Produksi
Harga Pokok Per Unit = Rp 18.000.000 / 1.000 unit
Harga Pokok Per Unit = Rp 18.000
Jadi, harga pokok per unit produk A adalah Rp 18.000.
Rumus Perhitungan Harga Pokok Pesanan dalam Metode Full Costing
Rumus perhitungan harga pokok pesanan dalam metode full costing adalah sebagai berikut:
Harga Pokok Pesanan = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik
Keterangan:
* Biaya Bahan Baku: Biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
* Biaya Tenaga Kerja Langsung: Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi.
* Biaya Overhead Pabrik: Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik ini bisa berupa biaya tetap maupun biaya variabel.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Harga Pokok Pesanan (Full Costing)
Metode full costing memiliki kelebihan dan kekurangan, berikut penjelasannya:
Kelebihan Metode Full Costing
- Mudah dipahami dan diterapkan.
- Memperhitungkan semua biaya produksi, sehingga harga pokok produksi lebih akurat.
- Membantu dalam pengambilan keputusan jangka panjang, seperti penetapan harga jual dan perencanaan produksi.
Kekurangan Metode Full Costing
- Tidak fleksibel dalam menghadapi perubahan kondisi pasar.
- Dapat menyebabkan harga pokok produksi menjadi terlalu tinggi, sehingga kurang kompetitif.
- Tidak cocok untuk perusahaan yang beroperasi di industri dengan persaingan yang ketat dan siklus hidup produk yang pendek.
Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing
Metode full costing berbeda dengan metode variable costing. Berikut tabel perbandingannya:
Aspek | Metode Full Costing | Metode Variable Costing |
---|---|---|
Perhitungan Harga Pokok Produksi | Memperhitungkan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel | Hanya memperhitungkan biaya variabel |
Pengakuan Biaya Tetap | Dibebankan ke dalam harga pokok produksi | Diperlakukan sebagai biaya periode |
Kegunaan | Lebih cocok untuk pengambilan keputusan jangka panjang | Lebih cocok untuk pengambilan keputusan jangka pendek |
Kesimpulan
Metode harga pokok pesanan (full costing) merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, ke dalam harga pokok barang yang diproduksi. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu dipertimbangkan dengan cermat sebelum diterapkan.
Perhitungan Biaya Produksi
Dalam metode full costing, perhitungan biaya produksi melibatkan penjumlahan semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dengan demikian, biaya produksi dapat diartikan sebagai total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk.
Contoh soal dan jawaban metode harga pokok pesanan full costing seringkali digunakan untuk menghitung biaya produksi per unit. Metode ini mempertimbangkan semua biaya produksi, baik tetap maupun variabel, dalam perhitungannya. Nah, dalam mengambil keputusan, biaya yang relevan menjadi penting.
Untuk memahami lebih lanjut tentang biaya relevan, kamu bisa cek contoh soal dan jawaban biaya relevan untuk pengambilan keputusan di website tersebut. Dengan memahami konsep biaya relevan, kamu bisa lebih mudah dalam menganalisis dan memilih keputusan terbaik dalam berbagai situasi, termasuk dalam menentukan strategi harga produk yang dihasilkan dengan metode harga pokok pesanan full costing.
Rincian Biaya Produksi
Tabel berikut menunjukkan rincian biaya produksi dalam metode full costing:
Biaya | Keterangan |
---|---|
Biaya Bahan Baku | Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. |
Biaya Tenaga Kerja Langsung | Biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi. |
Biaya Overhead Pabrik | Biaya yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi, tetapi tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan produk. Contohnya: biaya listrik, biaya sewa, biaya depresiasi, dan biaya asuransi. |
Cara Menghitung Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead Pabrik
Berikut ini adalah cara menghitung ketiga biaya tersebut:
- Biaya Bahan Baku: Dihitung dengan mengalikan jumlah bahan baku yang digunakan dengan harga per unit bahan baku. Misalnya, jika perusahaan menggunakan 100 kg bahan baku dengan harga Rp10.000 per kg, maka biaya bahan bakunya adalah 100 kg x Rp10.000/kg = Rp1.000.000.
- Biaya Tenaga Kerja Langsung: Dihitung dengan mengalikan jumlah jam kerja langsung dengan upah per jam. Misalnya, jika perusahaan menggunakan 100 jam kerja langsung dengan upah Rp20.000 per jam, maka biaya tenaga kerja langsungnya adalah 100 jam x Rp20.000/jam = Rp2.000.000.
- Biaya Overhead Pabrik: Dihitung dengan mengalikan tingkat overhead pabrik dengan jumlah jam kerja langsung. Tingkat overhead pabrik adalah total biaya overhead pabrik dibagi dengan total jam kerja langsung. Misalnya, jika total biaya overhead pabrik adalah Rp5.000.000 dan total jam kerja langsung adalah 100 jam, maka tingkat overhead pabriknya adalah Rp5.000.000/100 jam = Rp50.000 per jam. Biaya overhead pabrik untuk produksi 100 unit produk adalah Rp50.000/jam x 100 jam = Rp5.000.000.
Contoh Perhitungan Biaya Produksi
Berikut ini adalah contoh perhitungan biaya produksi untuk 100 unit produk dengan data biaya yang diberikan:
- Biaya Bahan Baku: 100 kg x Rp10.000/kg = Rp1.000.000
- Biaya Tenaga Kerja Langsung: 100 jam x Rp20.000/jam = Rp2.000.000
- Biaya Overhead Pabrik: Rp50.000/jam x 100 jam = Rp5.000.000
- Total Biaya Produksi: Rp1.000.000 + Rp2.000.000 + Rp5.000.000 = Rp8.000.000
Jadi, biaya produksi untuk 100 unit produk adalah Rp8.000.000.
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Metode full costing adalah metode yang menghitung semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, untuk menentukan harga pokok produksi.
Cara Menghitung Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing
Metode full costing menghitung semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Berikut adalah rumus untuk menghitung harga pokok produksi dengan metode full costing:
HPP = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik
Keterangan:
- Biaya Bahan Baku: Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
- Biaya Tenaga Kerja Langsung: Biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.
- Biaya Overhead Pabrik: Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contohnya, biaya listrik, air, dan pemeliharaan mesin.
Contoh Perhitungan Harga Pokok Produksi
Misalkan, sebuah perusahaan memproduksi 100 unit produk dengan data biaya sebagai berikut:
Biaya | Jumlah (Rp) |
---|---|
Biaya Bahan Baku | 1.000.000 |
Biaya Tenaga Kerja Langsung | 500.000 |
Biaya Overhead Pabrik | 300.000 |
Maka, harga pokok produksi untuk 100 unit produk adalah:
HPP = 1.000.000 + 500.000 + 300.000 = 1.800.000
Harga pokok produksi per unit adalah:
HPP per unit = 1.800.000 / 100 = 18.000
Perbedaan Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi, Contoh soal dan jawaban metode harga pokok pesanan full costing
Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa, termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang dihitung dengan metode full costing. Dengan kata lain, harga pokok produksi adalah subset dari biaya produksi.
Contohnya, biaya produksi untuk memproduksi 100 unit produk mungkin termasuk biaya sewa pabrik, biaya asuransi, dan biaya gaji karyawan administrasi. Namun, biaya-biaya ini tidak termasuk dalam perhitungan harga pokok produksi karena tidak dianggap sebagai biaya produksi langsung. Hanya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang termasuk dalam perhitungan harga pokok produksi.
Penentuan Harga Jual
Setelah menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan metode full costing, langkah selanjutnya adalah menentukan harga jual. Harga jual merupakan nilai yang akan dibebankan kepada konsumen untuk setiap unit produk yang dijual. Penentuan harga jual sangat penting karena akan memengaruhi profitabilitas perusahaan.
Cara Menentukan Harga Jual
Metode full costing mempertimbangkan semua biaya produksi, termasuk biaya tetap dan biaya variabel, dalam menghitung HPP. Dengan demikian, penentuan harga jual dengan metode full costing melibatkan perhitungan HPP ditambah dengan margin keuntungan yang diinginkan. Rumus yang digunakan adalah:
Harga Jual = Harga Pokok Penjualan (HPP) + Margin Keuntungan
Margin keuntungan adalah persentase keuntungan yang ingin diperoleh perusahaan dari setiap unit produk yang dijual. Margin keuntungan ini dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor, seperti:
- Target laba perusahaan
- Tingkat persaingan di pasar
- Biaya pemasaran dan distribusi
- Tingkat risiko bisnis
Contoh Perhitungan Harga Jual
Berikut adalah contoh perhitungan harga jual untuk 100 unit produk dengan data biaya dan profit margin yang diberikan:
Biaya | Jumlah |
---|---|
Biaya Bahan Baku | Rp 10.000.000 |
Biaya Tenaga Kerja Langsung | Rp 5.000.000 |
Biaya Overhead Pabrik | Rp 3.000.000 |
Total Harga Pokok Penjualan (HPP) | Rp 18.000.000 |
Margin Keuntungan (20%) | Rp 3.600.000 |
Total Harga Jual | Rp 21.600.000 |
Dari perhitungan di atas, harga jual per unit produk adalah Rp 216.000 (Rp 21.600.000 / 100 unit).
Pengaruh Biaya Overhead Pabrik Terhadap Harga Jual
Biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung yang terkait dengan proses produksi, seperti biaya listrik, biaya pemeliharaan mesin, dan biaya depresiasi. Biaya overhead pabrik ini akan dibebankan ke dalam HPP, sehingga akan memengaruhi harga jual. Semakin tinggi biaya overhead pabrik, semakin tinggi HPP dan harga jual produk.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mengendalikan biaya overhead pabrik agar dapat menjaga harga jual produk tetap kompetitif. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan biaya overhead pabrik adalah:
- Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya
- Menegosiasikan harga yang lebih baik dengan pemasok
- Meminimalkan pemborosan dan kerusakan
- Menggunakan teknologi yang lebih efisien
Kelebihan dan Kekurangan Metode Full Costing
Metode full costing atau metode biaya penuh adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Metode ini sering digunakan dalam perusahaan manufaktur karena dianggap lebih akurat dalam menghitung biaya produksi. Namun, metode full costing juga memiliki kelemahan, yaitu dapat menyebabkan harga jual menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan metode direct costing.
Kelebihan Metode Full Costing
Metode full costing memiliki beberapa kelebihan dalam penentuan harga jual, antara lain:
- Lebih Akurat: Metode full costing memperhitungkan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Hal ini membuat metode ini lebih akurat dalam menghitung biaya produksi dibandingkan dengan metode direct costing yang hanya memperhitungkan biaya variabel. Akurasi ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan tidak menjual produknya di bawah harga pokok produksi.
- Mempermudah Pengambilan Keputusan: Informasi biaya yang lengkap yang dihasilkan dari metode full costing dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan, seperti penentuan harga jual, strategi produksi, dan alokasi sumber daya. Dengan mengetahui biaya produksi secara detail, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan strategis.
- Memenuhi Standar Akuntansi: Metode full costing sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, sehingga laporan keuangan perusahaan akan lebih kredibel dan mudah dipahami oleh para stakeholder.
Kekurangan Metode Full Costing
Metode full costing juga memiliki beberapa kekurangan dalam penentuan harga jual, antara lain:
- Harga Jual Lebih Tinggi: Karena memperhitungkan semua biaya produksi, metode full costing dapat menyebabkan harga jual produk menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan metode direct costing. Hal ini dapat membuat produk perusahaan kurang kompetitif di pasar.
- Sulit Digunakan dalam Kondisi Pasar yang Dinamis: Metode full costing tidak mudah diterapkan dalam kondisi pasar yang dinamis, karena biaya produksi dapat berubah-ubah dengan cepat. Hal ini dapat menyebabkan penentuan harga jual menjadi tidak akurat.
- Kurang Tepat untuk Menentukan Harga Jual Produk Baru: Metode full costing kurang tepat untuk menentukan harga jual produk baru, karena biaya produksi produk baru belum tentu akurat dan dapat berubah-ubah selama proses produksi.
Perbandingan Metode Full Costing dan Direct Costing
Berikut tabel yang membandingkan kelebihan dan kekurangan metode full costing dengan metode direct costing:
Aspek | Metode Full Costing | Metode Direct Costing |
---|---|---|
Biaya yang Diperhitungkan | Semua biaya produksi, termasuk biaya tetap dan biaya variabel | Hanya biaya variabel |
Akurasi Biaya Produksi | Lebih akurat | Kurang akurat |
Harga Jual | Lebih tinggi | Lebih rendah |
Kegunaan dalam Pengambilan Keputusan | Lebih mudah digunakan untuk pengambilan keputusan jangka panjang | Lebih mudah digunakan untuk pengambilan keputusan jangka pendek |
Kegunaan dalam Kondisi Pasar yang Dinamis | Kurang tepat untuk kondisi pasar yang dinamis | Lebih tepat untuk kondisi pasar yang dinamis |
Contoh Soal dan Jawaban
Metode *full costing* atau *absorption costing* adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memasukkan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, ke dalam harga pokok produksi. Metode ini mengasumsikan bahwa semua biaya produksi yang dikeluarkan akan dialokasikan ke unit produk yang dihasilkan.
Pada dasarnya, metode *full costing* bertujuan untuk menghitung semua biaya yang terkait dengan produksi, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung, untuk menentukan harga pokok produksi.
Contoh Soal dan Jawaban
Berikut ini adalah 5 contoh soal metode *full costing* yang mencakup perhitungan biaya produksi, harga pokok produksi, dan harga jual:
-
Soal: Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi 1.000 unit produk A. Biaya produksi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
- Bahan baku: Rp 10.000.000
- Tenaga kerja langsung: Rp 5.000.000
- Biaya overhead pabrik: Rp 3.000.000
Hitunglah biaya produksi, harga pokok produksi, dan harga jual produk A jika perusahaan menetapkan laba kotor 20% dari harga jual.
Jawaban:-
Biaya Produksi:
Biaya produksi adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk. Dalam contoh ini, biaya produksi produk A adalah:
Rp 10.000.000 (bahan baku) + Rp 5.000.000 (tenaga kerja langsung) + Rp 3.000.000 (biaya overhead pabrik) = Rp 18.000.000. -
Harga Pokok Produksi:
Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit produk. Dalam contoh ini, harga pokok produksi produk A adalah:
Rp 18.000.000 (biaya produksi) / 1.000 unit = Rp 18.000 per unit. -
Harga Jual:
Harga jual adalah harga yang ditetapkan untuk menjual satu unit produk. Dalam contoh ini, perusahaan menetapkan laba kotor 20% dari harga jual. Artinya, harga jual harus mencakup harga pokok produksi ditambah 20% dari harga jual.
Misalkan harga jual produk A adalah X, maka persamaannya adalah:
X = Rp 18.000 + 0,2X
0,8X = Rp 18.000
X = Rp 18.000 / 0,8
X = Rp 22.500.
Jadi, harga jual produk A adalah Rp 22.500 per unit.
-
Soal: Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi 500 unit produk B. Biaya produksi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
- Bahan baku: Rp 20.000.000
- Tenaga kerja langsung: Rp 10.000.000
- Biaya overhead pabrik: Rp 5.000.000
Hitunglah biaya produksi, harga pokok produksi, dan harga jual produk B jika perusahaan menetapkan margin keuntungan 15% dari harga pokok produksi.
Jawaban:-
Biaya Produksi:
Biaya produksi produk B adalah:
Rp 20.000.000 (bahan baku) + Rp 10.000.000 (tenaga kerja langsung) + Rp 5.000.000 (biaya overhead pabrik) = Rp 35.000.000. -
Harga Pokok Produksi:
Harga pokok produksi produk B adalah:
Rp 35.000.000 (biaya produksi) / 500 unit = Rp 70.000 per unit. -
Harga Jual:
Harga jual produk B adalah:
Rp 70.000 (harga pokok produksi) + 0,15 (margin keuntungan) x Rp 70.000 (harga pokok produksi) = Rp 80.500 per unit.
-
Soal: Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi 2.000 unit produk C. Biaya produksi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
- Bahan baku: Rp 30.000.000
- Tenaga kerja langsung: Rp 15.000.000
- Biaya overhead pabrik: Rp 7.500.000
Hitunglah biaya produksi, harga pokok produksi, dan harga jual produk C jika perusahaan menetapkan margin keuntungan 25% dari biaya produksi.
Jawaban:-
Biaya Produksi:
Biaya produksi produk C adalah:
Rp 30.000.000 (bahan baku) + Rp 15.000.000 (tenaga kerja langsung) + Rp 7.500.000 (biaya overhead pabrik) = Rp 52.500.000. -
Harga Pokok Produksi:
Harga pokok produksi produk C adalah:
Rp 52.500.000 (biaya produksi) / 2.000 unit = Rp 26.250 per unit. -
Harga Jual:
Harga jual produk C adalah:
Rp 52.500.000 (biaya produksi) + 0,25 (margin keuntungan) x Rp 52.500.000 (biaya produksi) = Rp 65.625.000.
Kemudian, harga jual per unitnya adalah:
Rp 65.625.000 / 2.000 unit = Rp 32.812,5 per unit.
-
Soal: Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi 1.500 unit produk D. Biaya produksi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
- Bahan baku: Rp 40.000.000
- Tenaga kerja langsung: Rp 20.000.000
- Biaya overhead pabrik: Rp 10.000.000
Hitunglah biaya produksi, harga pokok produksi, dan harga jual produk D jika perusahaan menetapkan laba kotor 30% dari harga pokok produksi.
Jawaban:-
Biaya Produksi:
Biaya produksi produk D adalah:
Rp 40.000.000 (bahan baku) + Rp 20.000.000 (tenaga kerja langsung) + Rp 10.000.000 (biaya overhead pabrik) = Rp 70.000.000. -
Harga Pokok Produksi:
Harga pokok produksi produk D adalah:
Rp 70.000.000 (biaya produksi) / 1.500 unit = Rp 46.667 per unit. -
Harga Jual:
Harga jual produk D adalah:
Rp 46.667 (harga pokok produksi) + 0,3 (laba kotor) x Rp 46.667 (harga pokok produksi) = Rp 60.667 per unit.
-
Soal: Sebuah perusahaan manufaktur memproduksi 800 unit produk E. Biaya produksi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
- Bahan baku: Rp 15.000.000
- Tenaga kerja langsung: Rp 7.500.000
- Biaya overhead pabrik: Rp 3.750.000
Hitunglah biaya produksi, harga pokok produksi, dan harga jual produk E jika perusahaan menetapkan margin keuntungan 10% dari harga jual.
Jawaban:-
Biaya Produksi:
Biaya produksi produk E adalah:
Rp 15.000.000 (bahan baku) + Rp 7.500.000 (tenaga kerja langsung) + Rp 3.750.000 (biaya overhead pabrik) = Rp 26.250.000. -
Harga Pokok Produksi:
Harga pokok produksi produk E adalah:
Rp 26.250.000 (biaya produksi) / 800 unit = Rp 32.812,5 per unit. -
Harga Jual:
Misalkan harga jual produk E adalah X, maka persamaannya adalah:
X = Rp 32.812,5 + 0,1X
0,9X = Rp 32.812,5
X = Rp 32.812,5 / 0,9
X = Rp 36.458,33.
Jadi, harga jual produk E adalah Rp 36.458,33 per unit.
Penerapan Metode Full Costing dalam Industri
Metode full costing, juga dikenal sebagai metode penyerapan biaya, merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Metode ini umumnya digunakan dalam industri manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai industri lainnya.
Industri Manufaktur
Metode full costing banyak diterapkan dalam industri manufaktur. Industri ini biasanya memiliki biaya tetap yang tinggi, seperti biaya overhead pabrik, yang perlu dialokasikan ke produk yang diproduksi. Contohnya, dalam industri otomotif, biaya tetap yang besar meliputi biaya gaji karyawan, biaya pemeliharaan peralatan, dan biaya sewa pabrik. Biaya tetap ini kemudian dialokasikan ke setiap unit mobil yang diproduksi menggunakan metode full costing.
Penerapan Metode Full Costing dalam Industri Manufaktur
Dalam industri manufaktur, metode full costing diterapkan dengan mengalokasikan semua biaya produksi, termasuk biaya tetap, ke unit produk yang diproduksi. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam penerapan metode full costing:
- Menghitung total biaya produksi, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
- Menetapkan basis alokasi untuk biaya overhead pabrik, seperti jumlah jam kerja langsung, jumlah unit yang diproduksi, atau biaya tenaga kerja langsung.
- M mengalokasikan biaya overhead pabrik ke unit produk berdasarkan basis alokasi yang telah ditetapkan.
- Menghitung harga pokok produksi per unit dengan menambahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dialokasikan.
Pengaruh Metode Full Costing terhadap Strategi Bisnis Perusahaan
Penerapan metode full costing dapat berdampak signifikan terhadap strategi bisnis perusahaan. Berikut adalah beberapa pengaruhnya:
- Penentuan Harga Jual: Metode full costing dapat membantu perusahaan dalam menentukan harga jual yang tepat dengan mempertimbangkan semua biaya produksi. Perusahaan dapat menetapkan harga jual yang cukup tinggi untuk menutupi semua biaya produksi dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
- Pengambilan Keputusan: Metode full costing dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan strategis, seperti penentuan strategi produksi, alokasi sumber daya, dan pengambilan keputusan investasi.
- Pemantauan Kinerja: Metode full costing dapat digunakan untuk memantau kinerja perusahaan, seperti mengevaluasi efisiensi produksi, mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan, dan mengevaluasi profitabilitas produk.
Perbedaan Metode Full Costing dan Direct Costing
Metode full costing dan direct costing merupakan dua metode yang digunakan dalam akuntansi biaya untuk menentukan harga pokok penjualan dan laba. Kedua metode ini memiliki perbedaan utama dalam hal penentuan biaya yang dialokasikan ke produk.
Perbedaan Utama Antara Full Costing dan Direct Costing
Metode full costing, juga dikenal sebagai metode penyerapan biaya, mengalokasikan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, ke produk. Sementara itu, metode direct costing, atau metode variabel costing, hanya mengalokasikan biaya variabel ke produk.
Perbandingan Metode Full Costing dan Direct Costing
Berikut tabel perbandingan kedua metode dalam hal perhitungan biaya, penentuan harga jual, dan analisis profitabilitas:
Aspek | Full Costing | Direct Costing |
---|---|---|
Perhitungan Biaya | Menyerap semua biaya produksi, termasuk biaya tetap dan biaya variabel. | Hanya menyerap biaya variabel, tidak menyerap biaya tetap. |
Penentuan Harga Jual | Harga jual ditentukan berdasarkan biaya produksi total, termasuk biaya tetap dan biaya variabel. | Harga jual ditentukan berdasarkan biaya variabel per unit. |
Analisis Profitabilitas | Menghasilkan laba yang dipengaruhi oleh tingkat produksi dan penjualan. | Menghasilkan laba yang hanya dipengaruhi oleh volume penjualan. |
Contoh Kasus
Misalnya, sebuah perusahaan manufaktur memproduksi 1.000 unit produk dengan biaya produksi total Rp100.000.000, terdiri dari biaya variabel Rp60.000.000 dan biaya tetap Rp40.000.000.
Metode Full Costing
Dalam metode full costing, biaya produksi total Rp100.000.000 dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi (1.000 unit), sehingga harga pokok penjualan per unit adalah Rp100.000. Jika perusahaan menjual 800 unit produk, maka laba yang diperoleh adalah:
Pendapatan (800 unit x Rp100.000) = Rp80.000.000
– Harga Pokok Penjualan (800 unit x Rp100.000) = Rp80.000.000
= Laba = Rp0
Metode Direct Costing
Dalam metode direct costing, hanya biaya variabel yang dialokasikan ke produk, yaitu Rp60.000.000. Biaya variabel per unit adalah Rp60.000 (Rp60.000.000 / 1.000 unit). Jika perusahaan menjual 800 unit produk, maka laba yang diperoleh adalah:
Pendapatan (800 unit x Rp100.000) = Rp80.000.000
– Harga Pokok Penjualan (800 unit x Rp60.000) = Rp48.000.000
= Laba = Rp32.000.000
Pada contoh kasus ini, terlihat bahwa metode full costing menghasilkan laba Rp0, sedangkan metode direct costing menghasilkan laba Rp32.000.000. Perbedaan ini disebabkan oleh cara kedua metode dalam mengalokasikan biaya tetap. Dalam metode full costing, biaya tetap dialokasikan ke produk yang terjual, sedangkan dalam metode direct costing, biaya tetap tidak dialokasikan ke produk.
Penerapan Metode Full Costing dalam Pengambilan Keputusan
Metode full costing, atau yang juga dikenal sebagai metode biaya penuh, adalah pendekatan akuntansi biaya yang menyertakan semua biaya produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, dalam perhitungan biaya produk. Metode ini sangat berguna dalam pengambilan keputusan bisnis karena memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang biaya sebenarnya dalam memproduksi suatu produk atau jasa.
Penggunaan Metode Full Costing dalam Pengambilan Keputusan
Metode full costing dapat digunakan dalam berbagai pengambilan keputusan bisnis, seperti:
- Penentuan Harga Jual: Metode ini membantu perusahaan menetapkan harga jual yang memadai untuk menutupi semua biaya produksi, termasuk biaya tetap, sehingga memastikan profitabilitas.
- Pengambilan Keputusan Produksi: Metode full costing dapat digunakan untuk menganalisis profitabilitas produk yang berbeda, sehingga perusahaan dapat menentukan produk mana yang paling menguntungkan untuk diproduksi.
- Evaluasi Kinerja: Dengan menggunakan metode full costing, perusahaan dapat melacak dan mengevaluasi kinerja unit bisnis atau lini produk tertentu, membantu dalam identifikasi area yang perlu ditingkatkan.
- Perencanaan Strategis: Metode full costing memberikan informasi yang berguna untuk perencanaan strategis jangka panjang, seperti penentuan target produksi, investasi, dan strategi pemasaran.
Penutupan: Contoh Soal Dan Jawaban Metode Harga Pokok Pesanan Full Costing
Dengan memahami metode full costing dan contoh-contoh penerapannya, Anda dapat meningkatkan kemampuan analisis biaya dan pengambilan keputusan bisnis Anda. Dengan mengetahui cara menghitung biaya produksi, harga pokok produksi, dan menentukan harga jual, Anda dapat mengoptimalkan profitabilitas perusahaan dan mencapai target bisnis yang lebih baik.