Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini terbentuk? Dari sekumpulan kata-kata yang berbeda hingga menjadi bahasa resmi negara, bahasa Indonesia telah melalui proses panjang dan menarik. Perjalanan ini tak lepas dari sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia, sebuah proses yang penuh dinamika dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari pengaruh bahasa asing hingga perkembangan teknologi.
Sejak periode awal abad ke-20, ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan signifikan. Dari ejaan Van Ophuijsen yang dipengaruhi oleh bahasa Belanda, hingga Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang kita gunakan saat ini, setiap perubahan ejaan menandai sebuah era baru dalam perkembangan bahasa Indonesia. Mari kita telusuri sejarah perkembangan ejaan ini dan memahami bagaimana setiap perubahannya membentuk bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang.
Periode Awal (1900-an)
Perjalanan ejaan bahasa Indonesia dimulai pada awal abad ke-20, di mana pengaruh bahasa Belanda dan Melayu sangat terasa. Pada periode ini, ejaan bahasa Indonesia masih dalam tahap awal perkembangan, dan belum memiliki sistem yang baku. Hal ini menyebabkan variasi ejaan yang cukup beragam, bahkan dalam satu teks.
Pengaruh Bahasa Belanda dan Melayu
Bahasa Belanda, sebagai bahasa resmi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, memberikan pengaruh yang signifikan pada ejaan bahasa Indonesia awal. Beberapa ciri khas ejaan Belanda yang diadopsi, seperti penggunaan huruf “j” untuk bunyi /dz/, “c” untuk bunyi /ts/, dan “k” untuk bunyi /kh/.
Di sisi lain, bahasa Melayu, sebagai bahasa pergaulan dan perdagangan di Nusantara, juga memberikan pengaruh yang kuat. Ejaan bahasa Melayu, dengan penggunaan huruf “ch” untuk bunyi /ts/, “dj” untuk bunyi /dz/, dan “oe” untuk bunyi /u/, juga diadopsi dalam ejaan bahasa Indonesia awal.
Contoh Teks Bahasa Indonesia Periode Awal
Berikut adalah contoh teks bahasa Indonesia dari periode awal, yang menunjukkan karakteristik ejaan yang beragam:
“Sedjak tahoen 1908 sampej tahoen 1914, di-ke-loe-po-ka-an “De-po-e-ti-ka” di-toe-lis-lah ber-ba-gaj karja sastra jang ber-si-fat-nja ka-lo-e-po-ka-an.”
Teks ini menunjukkan penggunaan huruf “dj” untuk bunyi /dz/, “oe” untuk bunyi /u/, dan “ch” untuk bunyi /ts/. Penggunaan tanda hubung (-) untuk memisahkan suku kata juga menjadi ciri khas ejaan pada periode ini.
Tokoh-Tokoh Kunci
- R.A.A. Wiranatakusumah: Tokoh kunci dalam penyebaran bahasa Indonesia melalui karya-karyanya, seperti “Tjerita Perempoean” dan “Njai Dasima“.
- Marah Rusli: Penulis novel terkenal “Siti Nurbaya“, yang menggunakan ejaan bahasa Melayu yang lebih konsisten dalam karyanya.
- Muhammad Yamin: Tokoh pergerakan nasional yang juga berperan penting dalam pengembangan ejaan bahasa Indonesia. Yamin menulis beberapa buku dengan ejaan yang lebih konsisten, seperti “Tata Bahasa Indonesia“.
Ejaan Soewandi (1947): Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Soewandi merupakan hasil dari Kongres Bahasa Indonesia I yang diselenggarakan di Jakarta pada 28-31 Juli 1947. Kongres ini dihadiri oleh para tokoh bahasa dan sastra Indonesia yang memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Ejaan ini dimaksudkan untuk menyederhanakan ejaan bahasa Indonesia yang sebelumnya menggunakan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan Soewandi menjadi tonggak penting dalam sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia, karena menjadi ejaan resmi yang digunakan di Indonesia selama beberapa tahun.
Latar Belakang Munculnya Ejaan Soewandi
Munculnya Ejaan Soewandi didasari oleh beberapa faktor, antara lain:
- Keinginan untuk menyederhanakan ejaan bahasa Indonesia yang sebelumnya menggunakan Ejaan Van Ophuijsen, yang dianggap rumit dan tidak praktis.
- Perlunya ejaan yang lebih sesuai dengan sistem fonologi bahasa Indonesia.
- Meningkatnya kesadaran nasional untuk mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Perbedaan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi memiliki beberapa perbedaan utama dengan Ejaan Van Ophuijsen, antara lain:
- Penggunaan huruf “oe” diganti dengan “u” (contoh: “oeang” menjadi “uang”).
- Penggunaan huruf “j” diganti dengan “y” (contoh: “djaja” menjadi “jaya”).
- Penggunaan huruf “ch” diganti dengan “kh” (contoh: “achir” menjadi “akhir”).
- Penggunaan huruf “sch” diganti dengan “sy” (contoh: “school” menjadi “sekolah”).
- Penggunaan huruf “f” diganti dengan “p” (contoh: “foto” menjadi “poto”).
Contoh Teks Ejaan Soewandi, Sejarah perkembangan ejaan bahasa indonesia
Berikut adalah contoh teks yang menggunakan Ejaan Soewandi:
“Satoe hari, Soewandi, seorang pemuda jang gagah perkasa, berdjalan-djalan di taman kota. Ia menjumpai seorang gadis jang cantik jelita, sedang duduk di bangku taman. Soewandi pun mendekat dan berkenalan dengan gadis itu. Mereka pun berbincang-bincang dengan penuh keakraban. ”
Karakteristik ejaan Soewandi dapat dilihat pada contoh teks di atas, yaitu:
- Penggunaan huruf “u” untuk mengganti “oe”.
- Penggunaan huruf “y” untuk mengganti “j”.
- Penggunaan huruf “kh” untuk mengganti “ch”.
- Penggunaan huruf “sy” untuk mengganti “sch”.
- Penggunaan huruf “p” untuk mengganti “f”.
Ejaan Republik (1954)
Ejaan Republik, yang ditetapkan pada tahun 1954, merupakan tonggak penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Ejaan ini diresmikan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 1954. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya dan menjadi dasar bagi perkembangan ejaan bahasa Indonesia hingga saat ini.
Tujuan Ejaan Republik
Tujuan utama dari Ejaan Republik adalah untuk menyederhanakan ejaan bahasa Indonesia, sehingga lebih mudah dipelajari dan digunakan oleh masyarakat luas. Selain itu, ejaan ini juga bertujuan untuk mempersatukan penulisan bahasa Indonesia di seluruh wilayah Indonesia. Ejaan Republik juga bertujuan untuk menyingkirkan beberapa bentuk penulisan yang dianggap tidak konsisten dan membingungkan.
Perubahan Ejaan dalam Ejaan Republik
Ejaan Republik membawa perubahan signifikan dalam penulisan bahasa Indonesia. Berikut adalah beberapa perubahan yang terjadi dalam Ejaan Republik:
Aspek Ejaan | Ejaan Soewandi | Ejaan Republik |
---|---|---|
Penulisan huruf oe | oe | u |
Penulisan huruf dj | dj | j |
Penulisan huruf tj | tj | c |
Penulisan huruf nj | nj | ny |
Penulisan tanda baca | Tanda baca yang beragam | Tanda baca yang lebih seragam |
Penulisan kata serapan | Penulisan yang beragam | Penulisan yang lebih seragam |
Dampak Ejaan Republik terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia
Ejaan Republik memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Ejaan ini membuat bahasa Indonesia lebih mudah dipelajari dan digunakan, sehingga mendorong penggunaan bahasa Indonesia di berbagai bidang. Selain itu, Ejaan Republik juga berperan penting dalam mempersatukan penulisan bahasa Indonesia di seluruh wilayah Indonesia, sehingga memperkuat identitas nasional.
Kesimpulan
Sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia tidak hanya mencatat perubahan-perubahan fisik dalam penulisan, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial, politik, dan budaya bangsa. Perubahan ejaan menunjukkan usaha untuk mencapai kesatuan bahasa, meningkatkan efisiensi komunikasi, dan merefleksikan perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Meskipun ejaan bahasa Indonesia terus berkembang, EYD sebagai ejaan resmi saat ini tetap menjadi pedoman penting dalam menjaga kestabilan dan kelestarian bahasa Indonesia.