Buku Sejarah G30S/PKI: Tragedi Nasional dan Pelajarannya

No comments
Buku sejarah g30s pki

Buku sejarah g30s pki – Buku Sejarah G30S/PKI mengungkap peristiwa kelam yang mengguncang Indonesia pada tahun 1965. Tragedi ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi cerminan dari konflik ideologi, perebutan kekuasaan, dan dampaknya terhadap kehidupan bangsa. Buku ini mengajak kita menyelami peristiwa penculikan dan pembunuhan para jenderal, peran PKI, serta dampaknya terhadap politik, sosial, dan budaya Indonesia.

Melalui narasi yang detail dan analisis yang tajam, buku ini mengulas latar belakang, kronologi, dampak, dan kontroversi yang melingkupi peristiwa G30S/PKI. Dengan memahami sejarah, kita dapat mengambil pelajaran berharga untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Latar Belakang G30S/PKI

Konfrontasi pki g30s peristiwa belakang latar antara soekarno sejarah pergerakan sas versi operasi kepada memberikan tentera tirto iluminasi 1963

Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S/PKI merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 September 1965 dan melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam upaya kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno. Peristiwa ini menandai babak baru dalam sejarah Indonesia, yang ditandai dengan kekerasan, pertumpahan darah, dan pergantian kekuasaan.

Peristiwa G30S/PKI

Pada malam tanggal 30 September 1965, sebuah kelompok militer yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung, melakukan penyerbuan ke kediaman para jenderal di Jakarta. Tujuannya adalah untuk menguasai kekuasaan militer dan selanjutnya menggulingkan pemerintahan Soekarno. Beberapa jenderal senior, termasuk Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Abdul Haris Nasution, dan Jenderal M.T. Haryono, menjadi korban dalam peristiwa ini. Jenazah mereka kemudian ditemukan di Lubang Buaya.

Peran PKI dalam G30S/PKI

PKI memainkan peran penting dalam peristiwa G30S/PKI. Meskipun tidak secara langsung memimpin kudeta, PKI diyakini telah mendukung dan memfasilitasi gerakan tersebut. PKI memiliki jaringan luas di militer, termasuk di dalam unit-unit yang terlibat dalam penyerbuan. Tujuan utama PKI adalah untuk mengambil alih kekuasaan dan membangun negara komunis di Indonesia.

Situasi Politik Indonesia Jelang G30S/PKI

Situasi politik Indonesia menjelang G30S/PKI sangatlah kompleks. PKI memiliki pengaruh yang besar di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan militer. Soekarno, sebagai presiden, memiliki hubungan yang dekat dengan PKI dan seringkali memanfaatkan dukungan PKI untuk memperkuat posisinya. Namun, hubungan antara PKI dan militer semakin memburuk, terutama setelah peristiwa pemberontakan di Madiun pada tahun 1948.

  • Peran PKI di Era Soekarno: PKI memiliki pengaruh yang kuat di era Soekarno. Mereka memiliki banyak anggota di berbagai bidang, termasuk militer, partai politik, dan organisasi masyarakat. PKI mendukung kebijakan Soekarno, termasuk kebijakan “Nasakom” (Nasionalis, Agama, Komunis), yang bertujuan untuk menciptakan persatuan nasional.
  • Konflik PKI dengan Militer: Konflik antara PKI dan militer semakin memanas setelah peristiwa pemberontakan di Madiun. Militer melihat PKI sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, sementara PKI menganggap militer sebagai penghalang dalam mencapai tujuan mereka.
  • Peran Soekarno: Soekarno berada dalam posisi sulit. Ia ingin mempertahankan keseimbangan antara PKI dan militer, tetapi juga tidak ingin kehilangan dukungan dari salah satu pihak. Ia mencoba untuk menengahi konflik antara kedua pihak, tetapi upaya ini tidak berhasil.

Kronologi Peristiwa

Buku sejarah g30s pki

Peristiwa Gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI merupakan rangkaian kejadian tragis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965. Peristiwa ini bermula dari penculikan dan pembunuhan sejumlah jenderal Angkatan Darat, yang kemudian disusul dengan upaya kudeta yang gagal. Rangkaian peristiwa ini memiliki dampak besar bagi sejarah Indonesia, memicu gelombang kekerasan dan konflik yang berkepanjangan.

Urutan Kejadian G30S/PKI, Buku sejarah g30s pki

Peristiwa G30S/PKI terjadi dalam kurun waktu singkat, dimulai dari penculikan para jenderal hingga penumpasan oleh pasukan loyalis. Berikut adalah kronologi singkat peristiwa G30S/PKI:

  1. 1 Oktober 1965: Penculikan enam jenderal Angkatan Darat, yaitu Jenderal Ahmad Yani, Jenderal M.T. Haryono, Jenderal S. Parman, Jenderal D.I. Panjaitan, Jenderal Sutoyo, dan Jenderal A.H. Nasution. Penculikan dilakukan oleh anggota Cakrabirawa, yang merupakan pasukan pengawal presiden.
  2. 2 Oktober 1965: Pengumuman penculikan para jenderal melalui siaran radio. Pemberontakan ini dipimpin oleh Letkol Untung, yang mengklaim bahwa penculikan dilakukan untuk mencegah kudeta yang direncanakan oleh para jenderal.
  3. 3 Oktober 1965: Penculikan Jenderal Suprapto. Pasukan loyalis yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto mulai bergerak untuk melawan pemberontakan.
  4. 4 Oktober 1965: Penumpasan pemberontakan oleh pasukan loyalis. Pertempuran terjadi di berbagai lokasi, termasuk di Halim Perdanakusuma dan Istana Merdeka.
  5. 5 Oktober 1965: Pemberitaan resmi tentang peristiwa G30S/PKI. Jenderal Soeharto mengambil alih kekuasaan dan menunjuk dirinya sebagai Menteri/Panglima Tertinggi Angkatan Perang.
Read more:  Sejarah Valak: Dari Mitos hingga Budaya Populer

Ilustrasi Kejadian Penculikan dan Pembunuhan Para Jenderal

Salah satu kejadian yang paling menonjol dalam peristiwa G30S/PKI adalah penculikan dan pembunuhan Jenderal Ahmad Yani. Jenderal Yani diculik dari kediamannya di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Setelah diculik, Jenderal Yani dibunuh dan jasadnya ditemukan di sebuah sumur di lokasi yang sama. Pembunuhan Jenderal Yani merupakan simbol dari kekejaman dan kebiadaban yang terjadi dalam peristiwa G30S/PKI.

Penculikan dan pembunuhan para jenderal ini merupakan contoh nyata dari kekejaman yang dilakukan oleh para pelaku G30S/PKI. Peristiwa ini menunjukkan bahwa para pelaku tidak segan-segan untuk menggunakan kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan mereka.

Peran Tokoh-Tokoh

Peristiwa G30S/PKI merupakan peristiwa tragis yang melibatkan berbagai tokoh penting dari kedua belah pihak, yaitu PKI dan militer. Memahami peran dan motivasi masing-masing tokoh menjadi penting untuk memahami dinamika dan konteks peristiwa ini.

Peran Tokoh PKI

Peran PKI dalam peristiwa G30S/PKI tidak bisa dilepaskan dari ambisi dan strategi politiknya. Tokoh-tokoh PKI yang terlibat dalam peristiwa ini memiliki peran dan motivasi yang berbeda-beda.

  • DN Aidit, sebagai Ketua Umum PKI, dianggap sebagai otak di balik peristiwa G30S/PKI. Ia memiliki ambisi untuk merebut kekuasaan dan membangun negara berdasarkan ideologi komunis.
  • Njoto, sebagai Wakil Ketua Umum PKI, memiliki peran penting dalam mengatur strategi dan menjalankan operasi G30S/PKI. Ia juga merupakan tokoh kunci dalam hubungan PKI dengan militer.
  • Sudisman, sebagai anggota Politbiro PKI, berperan dalam menggalang dukungan dan melakukan propaganda untuk merekrut anggota baru PKI. Ia juga terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi G30S/PKI.
  • Sjam Kamaruzaman, sebagai anggota Politbiro PKI, memiliki peran penting dalam membangun jaringan PKI di berbagai sektor, termasuk militer. Ia juga terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi G30S/PKI.

Peran Tokoh Militer

Peristiwa G30S/PKI juga melibatkan sejumlah tokoh militer, baik yang terlibat dalam gerakan maupun yang melawannya.

  • Letkol Untung, sebagai Komandan Batalyon Cakrabirawa, merupakan tokoh kunci dalam pelaksanaan operasi G30S/PKI. Ia memimpin penculikan dan pembunuhan para jenderal di Lubang Buaya.
  • Letkol Suharto, sebagai Panglima Kostrad, memiliki peran penting dalam menghentikan gerakan G30S/PKI. Ia memimpin pasukan Kostrad dalam menghadapi pasukan Untung dan berhasil menguasai kembali Ibukota.
  • Mayor Jenderal Soeharto, sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), memimpin operasi penumpasan G30S/PKI dan berhasil mengembalikan stabilitas keamanan. Ia kemudian menjadi Presiden Indonesia.
  • Letnan Jenderal Ahmad Yani, sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat, menjadi korban penculikan dan pembunuhan dalam peristiwa G30S/PKI. Kematiannya menjadi pemicu reaksi keras dari militer dan masyarakat.

Motivasi dan Peran Tokoh-Tokoh

Motivasi para tokoh yang terlibat dalam peristiwa G30S/PKI sangat beragam. Beberapa tokoh terdorong oleh ambisi politik, sementara yang lain mungkin terpengaruh oleh ideologi atau bahkan tekanan dari lingkungannya.

  • DN Aidit dan tokoh PKI lainnya terdorong oleh ambisi untuk merebut kekuasaan dan membangun negara berdasarkan ideologi komunis. Mereka percaya bahwa PKI memiliki peran penting dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.
  • Letkol Untung, yang awalnya memiliki hubungan dekat dengan PKI, terpengaruh oleh propaganda dan janji PKI untuk mendapatkan kekuasaan dan pengaruh. Ia percaya bahwa gerakan G30S/PKI akan membawa perubahan positif bagi Indonesia.
  • Letkol Suharto dan para jenderal lainnya, yang menentang gerakan G30S/PKI, terdorong oleh rasa patriotisme dan keinginan untuk mempertahankan keutuhan NKRI. Mereka juga khawatir bahwa PKI akan mengancam keamanan dan stabilitas negara.

Dampak Peran Tokoh-Tokoh

Peran para tokoh dalam peristiwa G30S/PKI memiliki dampak yang signifikan terhadap jalannya peristiwa dan sejarah Indonesia.

  • Peran DN Aidit dan tokoh PKI lainnya dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi G30S/PKI memicu reaksi keras dari militer dan masyarakat. Hal ini menyebabkan terbongkarnya rencana PKI untuk merebut kekuasaan dan menguasai negara.
  • Peran Letkol Untung dalam memimpin penculikan dan pembunuhan para jenderal di Lubang Buaya memicu kekacauan dan ketidakstabilan politik. Aksi brutalnya juga memicu amarah dan perlawanan dari militer.
  • Peran Letkol Suharto dalam memimpin operasi penumpasan G30S/PKI berhasil mengembalikan stabilitas keamanan dan menggagalkan upaya PKI untuk merebut kekuasaan.
Read more:  Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Perjalanan Panjang Mencerdaskan Bangsa

Dampak terhadap Sejarah Indonesia

Peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada tahun 1965 merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini tidak hanya menorehkan tragedi dan kehilangan nyawa, tetapi juga meninggalkan dampak yang mendalam terhadap peta politik, sosial, dan sistem pemerintahan Indonesia. G30S/PKI juga mengubah persepsi masyarakat terhadap PKI dan ideologi komunis, meninggalkan warisan sejarah yang terus dikaji hingga saat ini.

Perubahan Peta Politik dan Sosial

G30S/PKI mengubah peta politik dan sosial Indonesia secara signifikan. Peristiwa ini mengakibatkan tumbangnya pemerintahan Soekarno dan berdirinya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Orde Baru menerapkan kebijakan politik yang ketat dan represif untuk mencegah kebangkitan kembali PKI. Kebijakan ini berdampak pada pembatasan kebebasan berekspresi, pembubaran partai politik, dan penindasan terhadap kelompok-kelompok yang dianggap berpotensi mengancam stabilitas pemerintahan.

  • Perubahan struktur pemerintahan: G30S/PKI memicu perubahan struktur pemerintahan di Indonesia. Orde Baru yang menggantikan pemerintahan Soekarno menerapkan sistem pemerintahan yang lebih terpusat dan otoriter. Hal ini ditandai dengan penguatan peran militer dalam pemerintahan, pembatasan kebebasan pers, dan penekanan pada stabilitas nasional.
  • Munculnya kelompok-kelompok politik baru: Peristiwa G30S/PKI juga melahirkan kelompok-kelompok politik baru yang bermunculan sebagai reaksi terhadap kebijakan Orde Baru. Kelompok-kelompok ini umumnya mengusung ideologi demokrasi dan keadilan sosial.
  • Perubahan sosial: G30S/PKI juga memicu perubahan sosial yang signifikan di Indonesia. Ketakutan terhadap komunisme menyebabkan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang dianggap terkait dengan PKI. Peristiwa ini juga melahirkan budaya ketakutan dan ketidakpercayaan di masyarakat.

Dampak terhadap Sistem Pemerintahan dan Ideologi

G30S/PKI memiliki dampak yang besar terhadap sistem pemerintahan dan ideologi di Indonesia. Peristiwa ini menjadi momentum bagi Orde Baru untuk menerapkan sistem pemerintahan yang lebih terpusat dan otoriter. Ideologi Pancasila, yang sebelumnya dianggap sebagai ideologi negara yang bersifat terbuka dan pluralis, diinterpretasikan secara sempit dan dikaitkan dengan anti-komunisme.

  • Penguatan peran militer: Orde Baru memperkuat peran militer dalam pemerintahan. Militer diberikan peran penting dalam menjaga keamanan dan stabilitas nasional. Hal ini menyebabkan militer memiliki pengaruh yang kuat dalam politik dan kehidupan sosial.
  • Pengaruh ideologi Pancasila: G30S/PKI memicu interpretasi Pancasila yang lebih sempit dan dikaitkan dengan anti-komunisme. Hal ini menyebabkan penolakan terhadap ideologi komunis dan segala bentuk pemikiran yang dianggap bertentangan dengan Pancasila.
  • Penguatan kontrol pemerintahan: Orde Baru menerapkan kontrol ketat terhadap media, organisasi masyarakat, dan kegiatan politik. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebangkitan kembali PKI dan menjaga stabilitas pemerintahan.

Persepsi Masyarakat terhadap PKI dan Ideologi Komunis

G30S/PKI mengubah persepsi masyarakat terhadap PKI dan ideologi komunis. Peristiwa ini menimbulkan ketakutan dan kecurigaan terhadap komunisme, yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan dan stabilitas nasional. Persepsi ini terus berkembang dan membentuk pandangan masyarakat terhadap PKI hingga saat ini.

  • Stigma dan diskriminasi: G30S/PKI melahirkan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang dianggap terkait dengan PKI. Kelompok-kelompok ini seringkali mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, akses pendidikan, dan kehidupan sosial.
  • Ketakutan terhadap komunisme: Peristiwa G30S/PKI menanamkan rasa takut terhadap komunisme di masyarakat. Ketakutan ini dipelihara oleh propaganda Orde Baru yang menggambarkan PKI sebagai ancaman besar bagi bangsa.
  • Pandangan negatif terhadap komunisme: Peristiwa G30S/PKI menyebabkan pandangan negatif terhadap komunisme di masyarakat. Ideologi komunis dianggap sebagai ideologi yang berbahaya dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Persepsi Masyarakat

Buku sejarah g30s pki
Peristiwa G30S/PKI meninggalkan jejak yang dalam dalam ingatan masyarakat Indonesia. Persepsi terhadap peristiwa ini sangat beragam, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti latar belakang, usia, dan pengalaman pribadi.

Perbedaan Persepsi di Berbagai Daerah dan Kalangan

Persepsi masyarakat terhadap G30S/PKI tidaklah seragam. Perbedaan latar belakang, pengalaman, dan akses informasi menyebabkan perbedaan persepsi yang signifikan di berbagai daerah dan kalangan.

  • Di daerah yang menjadi pusat pemberontakan, seperti Jakarta dan Jawa Timur, persepsi masyarakat cenderung lebih kuat dan terpolarisasi. Banyak yang merasakan langsung dampak dari peristiwa tersebut, seperti kehilangan anggota keluarga atau harta benda.
  • Di daerah lain, persepsi masyarakat cenderung lebih beragam. Beberapa orang mungkin hanya mendengar cerita dari orang tua atau kakek nenek mereka, sementara yang lain mungkin baru mengenal peristiwa ini melalui buku atau film.
  • Kalangan generasi tua yang hidup pada masa G30S/PKI memiliki persepsi yang berbeda dengan generasi muda. Generasi tua cenderung memiliki pengalaman langsung dan ingatan yang kuat tentang peristiwa tersebut, sementara generasi muda mungkin hanya mengenal peristiwa ini melalui buku sejarah atau film.
Read more:  Pancasila: Pilar Sejarah dan Masa Depan Bangsa Indonesia

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat terhadap G30S/PKI dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

  • Pengalaman Pribadi: Orang yang kehilangan anggota keluarga atau harta benda dalam peristiwa G30S/PKI cenderung memiliki persepsi yang lebih kuat dan negatif terhadap PKI.
  • Akses Informasi: Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku sejarah, film, dan media massa, dapat memengaruhi persepsi seseorang terhadap peristiwa G30S/PKI.
  • Latar Belakang Politik: Orientasi politik seseorang dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap G30S/PKI. Misalnya, orang yang berideologi komunis cenderung memiliki persepsi yang berbeda dengan orang yang berideologi anti-komunis.
  • Budaya dan Tradisi: Budaya dan tradisi masyarakat di suatu daerah dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap G30S/PKI. Misalnya, di daerah yang memiliki sejarah perlawanan terhadap komunisme, persepsi masyarakat terhadap PKI cenderung lebih negatif.

Pengaruh G30S/PKI terhadap Kebudayaan

Peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada tahun 1965 meninggalkan bekas yang mendalam tidak hanya dalam sejarah politik Indonesia, tetapi juga dalam perkembangan kebudayaan. Tragedi ini memicu gelombang perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk seni, sastra, dan film, yang pada akhirnya membentuk lanskap budaya Indonesia hingga saat ini.

Pengaruh G30S/PKI terhadap Kesenian

Peristiwa G30S/PKI menjadi sumber inspirasi bagi seniman untuk mengekspresikan kekecewaan, trauma, dan semangat nasionalisme. Kesenian menjadi wadah untuk memproses dan memahami peristiwa tragis ini, serta menjadi refleksi atas kondisi sosial politik yang terjadi saat itu.

  • Musik: Beberapa musisi menciptakan lagu-lagu yang mengkritik PKI dan mengekspresikan dukungan terhadap pemerintahan Orde Baru. Contohnya, lagu “Indonesia Raya” yang dinyanyikan dengan penuh semangat nasionalisme.
  • Tari: Tarian tradisional diadaptasi untuk mengekspresikan semangat patriotisme dan perlawanan terhadap PKI. Beberapa koreografi menampilkan gerakan yang menggambarkan kekejaman PKI dan kepahlawanan para korban.
  • Lukisan: Lukisan-lukisan realistis muncul sebagai bentuk protes terhadap kekejaman PKI. Seniman melukiskan peristiwa G30S/PKI dengan detail yang memilukan, sekaligus mengabadikan peristiwa penting ini dalam sejarah Indonesia.

Pengaruh G30S/PKI terhadap Sastra

Peristiwa G30S/PKI juga menjadi sumber inspirasi bagi para penulis untuk menciptakan karya sastra yang bertemakan politik, sejarah, dan sosial. Novel, puisi, dan drama yang terinspirasi dari peristiwa ini mencerminkan berbagai perspektif tentang tragedi tersebut, dari sudut pandang korban, pelaku, dan masyarakat luas.

  • Novel: Novel-novel yang terinspirasi dari G30S/PKI seringkali mengangkat tema tentang pengkhianatan, kekerasan, dan perjuangan untuk mempertahankan ideologi Pancasila. Contohnya, novel “Atheis” karya Achdiat K. Mihardja yang menggambarkan pergolakan politik dan sosial pada masa itu.
  • Puisi: Puisi menjadi wadah bagi para penyair untuk mengekspresikan emosi dan refleksi mereka tentang peristiwa G30S/PKI. Puisi-puisi tersebut seringkali penuh dengan simbolisme dan metafora yang menggambarkan kekecewaan, trauma, dan harapan.
  • Drama: Drama yang bertemakan G30S/PKI muncul sebagai bentuk refleksi dan edukasi bagi masyarakat. Drama ini menampilkan kembali peristiwa G30S/PKI dengan berbagai interpretasi, serta mengangkat tema tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Pengaruh G30S/PKI terhadap Film

Peristiwa G30S/PKI juga meninggalkan jejak dalam dunia perfilman Indonesia. Film-film yang terinspirasi dari peristiwa ini menjadi bentuk dokumentasi sejarah dan propaganda politik yang berpengaruh kuat dalam membentuk persepsi masyarakat.

  • Film Dokumenter: Film dokumenter yang mengangkat peristiwa G30S/PKI bertujuan untuk mendokumentasikan peristiwa tersebut dan memberikan informasi kepada masyarakat. Film ini seringkali menampilkan narasi dan rekaman yang menunjukkan kekejaman PKI dan perjuangan para pahlawan.
  • Film Fiksi: Film fiksi yang terinspirasi dari G30S/PKI menampilkan kisah-kisah fiktif yang dibumbui dengan elemen sejarah. Film ini seringkali mengisahkan perjuangan para tokoh fiktif melawan PKI, sekaligus mengekspresikan semangat nasionalisme dan patriotisme.
  • Film Propaganda: Film propaganda yang diproduksi oleh pemerintah Orde Baru bertujuan untuk membangun persepsi negatif terhadap PKI dan mengukuhkan pemerintahan Orde Baru sebagai penyelamat bangsa. Film ini seringkali menampilkan PKI sebagai musuh yang kejam dan jahat, serta menonjolkan peran pemerintah dalam mengalahkan PKI.

Akhir Kata: Buku Sejarah G30s Pki

Buku Sejarah G30S/PKI mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta mewaspadai ancaman terhadap demokrasi dan kedaulatan negara. Peristiwa ini juga menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda untuk memahami sejarah dan menghindari kesalahan di masa lalu.

Also Read

Bagikan:

Newcomerscuerna

Newcomerscuerna.org adalah website yang dirancang sebagai Rumah Pendidikan yang berfokus memberikan informasi seputar Dunia Pendidikan. Newcomerscuerna.org berkomitmen untuk menjadi sahabat setia dalam perjalanan pendidikan Anda, membuka pintu menuju dunia pengetahuan tanpa batas serta menjadi bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.