Sejarah nabi muhammad saw dari lahir sampai wafat pdf – Perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, utusan Allah SWT, merupakan kisah inspiratif yang sarat makna bagi umat manusia. Dari kelahiran hingga wafat, beliau membawa pesan ilahi yang mengubah dunia dan melahirkan peradaban Islam yang gemilang. Buku ini akan mengantarkan Anda pada petualangan luar biasa Nabi Muhammad SAW, mulai dari masa kecilnya di Mekkah hingga penaklukannya atas kota suci tersebut.
Anda akan diajak menyelami kisah-kisah inspiratif tentang perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam, menghadapi rintangan, dan membangun masyarakat Madinah yang adil dan sejahtera. Melalui paparan yang sistematis, buku ini akan membuka cakrawala pemahaman tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, nilai-nilai luhurnya, dan warisan agung yang diwariskannya kepada umat manusia.
Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah, sebuah kota yang terletak di Jazirah Arab, pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah (570 Masehi). Kelahiran beliau menandai dimulainya sebuah era baru bagi umat manusia, di mana nilai-nilai luhur dan ajaran Islam mulai menyebar ke seluruh dunia.
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik di Mekkah
Mekkah pada masa itu merupakan pusat perdagangan dan persimpangan budaya yang ramai. Penduduknya terdiri dari berbagai suku, termasuk suku Quraisy yang memegang kendali atas Ka’bah, tempat suci yang dihormati oleh seluruh suku Arab. Secara ekonomi, Mekkah makmur karena letaknya yang strategis di jalur perdagangan penting. Namun, kehidupan sosial masyarakat Mekkah saat itu diwarnai dengan berbagai praktik buruk, seperti kemusyrikan, kesombongan, dan ketidakadilan. Dari sisi politik, Mekkah terpecah menjadi berbagai suku yang saling bersaing untuk mendapatkan kekuasaan.
Silsilah Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari keluarga bangsawan Quraisy, yang memiliki silsilah terhormat. Berikut adalah silsilah beliau:
- Kakek Buyut: Abdu’l-Muttalib
- Kakek: Abdullah bin Abdu’l-Muttalib
- Ayah: Abdullah bin Abdu’l-Muttalib
- Ibu: Aminah binti Wahab
Ayah Nabi Muhammad SAW, Abdullah, meninggal dunia sebelum beliau lahir. Sementara ibunya, Aminah, meninggal dunia ketika Nabi Muhammad SAW masih berusia enam tahun. Kehilangan kedua orang tua di usia muda membuat Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakeknya, Abdu’l-Muttalib. Setelah kakeknya meninggal, beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai anak yang jujur, amanah, dan penuh kasih sayang. Beliau dikenal sebagai Al-Amin, yang berarti “yang terpercaya”. Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW sudah menunjukkan sifat-sifat mulia yang menjadi ciri khas beliau.
Salah satu cerita tentang masa kecil Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan sifat-sifat mulia beliau adalah ketika beliau membantu orang tua angkatnya, Abu Thalib, dalam berdagang. Beliau dikenal sebagai pedagang yang jujur dan amanah. Klien-klien Abu Thalib selalu merasa tenang dan puas ketika bertransaksi dengan Nabi Muhammad SAW.
Masa Belia dan Pernikahan Nabi Muhammad SAW: Sejarah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Sampai Wafat Pdf
Nabi Muhammad SAW menjalani masa kecil dan belia di Mekkah, kota kelahirannya. Masa ini dipenuhi dengan pengalaman dan pelajaran penting yang membentuk karakter dan kepribadian beliau. Beliau dikenal sebagai anak yang jujur, amanah, dan disayangi oleh masyarakat.
Peran Nabi Muhammad SAW dalam Perdagangan
Sejak usia muda, Nabi Muhammad SAW telah terlibat dalam dunia perdagangan. Beliau dikenal sebagai pedagang yang jujur, terpercaya, dan sangat disegani. Keahliannya dalam perdagangan bahkan membuatnya dipercaya oleh Khadijah, seorang wanita kaya dan berpengaruh di Mekkah, untuk mengelola bisnisnya.
Nabi Muhammad SAW tidak hanya mengutamakan keuntungan materi dalam berdagang, tetapi juga memegang teguh nilai-nilai moral dan etika. Beliau selalu bersikap jujur dan adil dalam bertransaksi, sehingga kepercayaan masyarakat terhadapnya semakin kuat.
Kejujuran dan keteguhan prinsip Nabi Muhammad SAW dalam berdagang tercermin dalam beberapa peristiwa. Misalnya, saat beliau melakukan perjalanan dagang ke Syam, beliau dipercaya oleh majikannya untuk membawa barang dagangan yang bernilai tinggi. Sepanjang perjalanan, beliau selalu menjaga amanah dan tidak sedikit pun mengurangi barang dagangan yang dipercayakan kepadanya.
Sikap jujur dan terpercaya Nabi Muhammad SAW dalam berdagang menjadi modal penting dalam membangun reputasi dan pengaruh beliau di tengah masyarakat. Hal ini juga menjadi pondasi bagi beliau dalam menyebarkan risalah Islam di kemudian hari.
Masa Kenabian dan Wahyu Pertama
Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai “Muhammad al-Amin” karena kejujuran dan sifatnya yang terpercaya, menjalani kehidupan sederhana di Makkah. Ia dikenal karena kebaikannya, kecerdasannya, dan kepeduliannya terhadap masyarakat. Kehidupan beliau berubah selamanya pada usia 40 tahun ketika beliau menerima wahyu pertama di Gua Hira.
Turunnya Wahyu Pertama di Gua Hira
Gua Hira, terletak di dekat Makkah, merupakan tempat Nabi Muhammad SAW sering berkontemplasi dan merenung. Pada malam hari di bulan Ramadan, beliau bersemedi di gua tersebut, seperti biasa. Tiba-tiba, beliau dihampiri oleh Malaikat Jibril, membawa pesan dari Allah SWT. Jibril memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk membaca, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Isi Wahyu Pertama dan Maknanya
Wahyu pertama ini dikenal sebagai “Surat al-Alaq” yang artinya “Segumpal Darah.” Isinya merupakan perintah untuk membaca, yang memiliki makna penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW dan seluruh umat manusia. Perintah ini menandakan awal dari wahyu Allah SWT yang akan terus mengalir kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun, membentuk dasar ajaran Islam.
Perbedaan Kondisi Nabi Muhammad SAW Sebelum dan Sesudah Menerima Wahyu
Sebelum Menerima Wahyu | Sesudah Menerima Wahyu |
---|---|
Hidup sebagai seorang pedagang yang jujur dan terpercaya. | Menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT, membawa pesan-pesan ilahi untuk seluruh umat manusia. |
Berkontemplasi dan merenung di Gua Hira, mencari makna hidup. | Menerima wahyu dari Allah SWT, membawa misi dakwah untuk menyebarkan Islam. |
Hidup dalam masyarakat Jahiliyah yang penuh dengan kemusyrikan. | Mengajak masyarakat untuk menyembah Allah SWT dan meninggalkan kemusyrikan. |
Menjadi teladan bagi masyarakat Makkah dengan sifat-sifat terpujinya. | Menjadi panutan bagi seluruh umat Islam dengan akhlak mulia dan ajaran-ajaran Islam yang sempurna. |
Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya di Mekkah pada tahun 610 M. Saat itu, masyarakat Mekkah masih menganut agama paganisme dan menyembah berhala. Tantangan berat dihadapi Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam. Namun, beliau dengan teguh menjalankan amanah dari Allah SWT dengan strategi dakwah yang bijaksana dan penuh kasih sayang.
Tantangan Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
- Penolakan keras dari kaum Quraisy, terutama para pemuka agama dan pemimpin masyarakat. Mereka merasa terancam dengan ajaran Islam yang mengharamkan penyembahan berhala dan mengajarkan tauhid.
- Ancaman dan kekerasan fisik terhadap Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya. Kaum Quraisy melakukan berbagai macam penindasan, seperti pengucilan, penghinaan, dan pemboikotan.
- Keengganan masyarakat Mekkah untuk meninggalkan tradisi dan keyakinan lama mereka. Mereka terbiasa dengan budaya paganisme yang sudah mendarah daging.
Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
- Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Beliau mengajarkan Islam dengan penuh kesabaran dan pengertian.
- Beliau memilih pendekatan yang personal dan dialogis dalam berdakwah. Nabi Muhammad SAW seringkali berdiskusi dengan para tokoh masyarakat Mekkah dan menjawab pertanyaan mereka dengan bijaksana.
- Nabi Muhammad SAW menekankan pada nilai-nilai luhur Islam, seperti persaudaraan, keadilan, dan kasih sayang. Beliau menunjukkan bagaimana Islam dapat membawa kesejahteraan dan kedamaian bagi seluruh umat manusia.
- Beliau memanfaatkan berbagai kesempatan untuk menyampaikan pesan Islam, baik dalam pertemuan formal maupun informal. Misalnya, saat berada di pasar, di rumah, atau saat melakukan perjalanan.
- Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat Mekkah. Beliau menggunakan bahasa yang sederhana dan analogi yang familiar bagi mereka.
Kisah Orang-orang yang Masuk Islam di Mekkah
- Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang pertama kali masuk Islam. Beliau menerima ajaran Islam dengan penuh keyakinan dan menjadi pendukung setia Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar Ash-Shiddiq menghadapi berbagai macam penentangan dari keluarganya, tetapi beliau tetap teguh pada keyakinannya.
- Umar bin Khattab awalnya merupakan musuh Islam yang sangat keras. Beliau dikenal sebagai orang yang sangat kuat dan memiliki pengaruh besar di Mekkah. Namun, setelah mendengar ajaran Islam, Umar bin Khattab terkesan dan akhirnya masuk Islam. Beliau kemudian menjadi pemimpin yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam.
- Ali bin Abi Thalib adalah sepupu Nabi Muhammad SAW yang masuk Islam pada usia muda. Beliau adalah sahabat yang sangat setia dan menjadi penerus kepemimpinan Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat.
Hijrah ke Madinah
Hijrah merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Peristiwa ini menandai perubahan besar dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Hijrah membawa mereka dari Mekkah, tempat mereka mengalami penindasan dan penganiayaan, menuju Madinah, kota yang menyambut mereka dengan tangan terbuka. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW membangun komunitas Islam yang kuat dan mengembangkan ajaran Islam lebih lanjut.
Latar Belakang dan Peristiwa Penting yang Memicu Hijrah
Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah dilatarbelakangi oleh tekanan dan penganiayaan yang dialami umat Islam di Mekkah. Umat Islam mengalami diskriminasi dan penindasan, mereka dihina, dianiaya, bahkan dibunuh. Peristiwa penting yang memicu hijrah adalah:
- Penolakan keras kaum Quraisy terhadap ajaran Islam. Kaum Quraisy merasa terancam dengan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, yang mengancam kekuasaan dan kepercayaan mereka. Mereka berusaha menghentikan penyebaran Islam dengan berbagai cara, termasuk ancaman, intimidasi, dan kekerasan.
- Pembocoran rencana pembunuhan Nabi Muhammad SAW. Kaum Quraisy yang semakin marah dan frustrasi dengan penyebaran Islam, berencana untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Rencana ini bocor dan Nabi Muhammad SAW pun harus mencari perlindungan.
- Perjanjian Aqabah. Pada tahun 622 M, beberapa penduduk Madinah yang telah memeluk Islam bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di Mekkah. Mereka menjanjikan perlindungan dan dukungan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya jika mereka hijrah ke Madinah. Perjanjian ini menjadi titik balik dalam sejarah Islam dan menjadi dasar bagi terbentuknya komunitas Islam di Madinah.
Perbedaan Kondisi Hidup Nabi Muhammad SAW di Mekkah dan Madinah, Sejarah nabi muhammad saw dari lahir sampai wafat pdf
Hidup Nabi Muhammad SAW di Mekkah dan Madinah memiliki perbedaan yang signifikan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan beberapa perbedaan tersebut:
Aspek | Mekkah | Madinah |
---|---|---|
Status | Ditolak dan dianiaya | Diterima dan dihormati |
Keamanan | Tidak aman | Aman |
Kebebasan Beribadah | Terbatas | Bebas |
Dukungan Masyarakat | Sedikit | Banyak |
Pertumbuhan Umat Islam | Lambat | Pesat |
Kisah Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya penuh dengan rintangan dan bahaya. Mereka harus bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy, melewati medan yang sulit, dan menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kisah yang terkenal adalah saat Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari. Kaum Quraisy yang mengejar mereka, mencari di sekitar gua, namun tidak menemukan mereka. Hal ini terjadi karena Allah SWT mengirimkan laba-laba untuk menenun sarang di mulut gua dan burung merpati yang bertengger di atasnya. Kaum Quraisy pun percaya bahwa tidak ada orang di dalam gua karena mereka melihat sarang laba-laba dan burung merpati di sana. Kisah ini menunjukkan bagaimana Allah SWT melindungi Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam perjalanan hijrah.
Masa Dakwah di Madinah
Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW tidak hanya membangun komunitas muslim yang kuat, tetapi juga merangkul penduduk Madinah yang beragam. Ia dengan bijak menjembatani perbedaan suku dan agama, membangun fondasi masyarakat yang adil dan sejahtera. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW tidak hanya berperan sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai pemimpin politik dan sosial yang visioner.
Peran Nabi Muhammad SAW dalam Membangun Masyarakat Madinah yang Adil dan Sejahtera
Nabi Muhammad SAW menyadari bahwa untuk membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera, dibutuhkan kerangka kerja yang adil dan menyeluruh. Beliau mengajarkan nilai-nilai luhur seperti persaudaraan, keadilan, dan toleransi. Nabi Muhammad SAW berusaha menciptakan masyarakat Madinah yang adil dan sejahtera dengan cara:
- Menjembatani Perbedaan Suku dan Agama: Nabi Muhammad SAW menyatukan penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus, Khazraj, dan Yahudi dalam satu ikatan persaudaraan. Beliau mengajarkan pentingnya hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati.
- Membangun Sistem Politik yang Demokratis: Nabi Muhammad SAW mendirikan sistem politik yang demokratis, di mana semua warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama. Beliau melibatkan semua kelompok masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan mendengarkan aspirasi mereka.
- Menegakkan Keadilan Sosial: Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya keadilan sosial dalam masyarakat. Beliau menentang segala bentuk diskriminasi dan ketidakadilan, dan memperjuangkan hak-hak kaum lemah dan terpinggirkan.
- Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi: Nabi Muhammad SAW mendorong semangat kerja keras dan kejujuran dalam mencari nafkah. Beliau mengajarkan pentingnya saling membantu dan berbagi rezeki, serta melarang praktik monopoli dan penindasan ekonomi.
Piagam Madinah: Dasar Hukum Masyarakat Madinah
Piagam Madinah merupakan dokumen penting yang menjadi dasar hukum bagi masyarakat Madinah. Piagam ini disusun oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan antar suku dan agama di Madinah. Piagam Madinah berisi:
- Deklarasi Persaudaraan: Piagam Madinah menegaskan persaudaraan dan persamaan hak antara muslim dan non-muslim di Madinah.
- Kebebasan Beragama: Piagam Madinah menjamin kebebasan beragama bagi semua warga Madinah, baik muslim, Yahudi, maupun agama lainnya.
- Sistem Peradilan yang Adil: Piagam Madinah menetapkan sistem peradilan yang adil bagi semua warga Madinah, tanpa diskriminasi.
- Pertahanan Bersama: Piagam Madinah mengatur tentang pertahanan bersama untuk menghadapi ancaman dari luar.
- Solusi Konflik: Piagam Madinah menyediakan mekanisme penyelesaian konflik yang damai dan adil.
Kisah Nabi Muhammad SAW Menyelesaikan Konflik Antar Suku di Madinah
Salah satu contoh bagaimana Nabi Muhammad SAW menyelesaikan konflik antar suku di Madinah adalah kisah perselisihan antara suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini memiliki sejarah konflik yang panjang, dan seringkali terjadi perselisihan dan pertumpahan darah. Namun, Nabi Muhammad SAW berhasil mendamaikan kedua suku tersebut dengan:
- Menjalin Silaturahmi: Nabi Muhammad SAW mengadakan pertemuan antara pemimpin kedua suku, dan mengajak mereka untuk saling mengenal dan memahami. Beliau menekankan pentingnya persaudaraan dan persatuan.
- Menawarkan Solusi yang Adil: Nabi Muhammad SAW menawarkan solusi yang adil untuk menyelesaikan konflik tersebut, dengan mempertimbangkan hak dan kepentingan kedua suku.
- Menjadi Penengah: Nabi Muhammad SAW berperan sebagai penengah yang bijaksana, dan membantu kedua suku mencapai kesepakatan damai.
Melalui upaya-upaya tersebut, Nabi Muhammad SAW berhasil menciptakan masyarakat Madinah yang damai, adil, dan sejahtera. Piagam Madinah menjadi contoh awal dari konstitusi modern, yang menjamin hak dan kewajiban bagi semua warga negara, tanpa memandang suku, agama, atau status sosial.
Tahun Kesedihan dan Perjalanan Isra’ Mi’raj
Tahun 621 Masehi menjadi tahun yang penuh duka bagi Nabi Muhammad SAW. Tahun ini dikenal sebagai Tahun Kesedihan karena di dalamnya beliau kehilangan dua orang yang sangat dicintainya, yaitu istri tercintanya Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Khadijah merupakan sosok yang selalu setia mendampingi dan mendukung Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam, sementara Abu Thalib merupakan pelindung beliau dari perlakuan buruk kaum Quraisy. Kehilangan kedua sosok penting ini tentu saja sangat memukul hati Nabi Muhammad SAW. Namun, dalam cobaan ini, beliau tetap tegar dan tabah.
Perjalanan Isra’ Mi’raj
Sebagai penghiburan dan peneguhan atas risalahnya, Allah SWT menghadiahkan Nabi Muhammad SAW dengan perjalanan istimewa, yaitu Isra’ Mi’raj. Perjalanan ini terjadi pada malam hari, di mana Nabi Muhammad SAW dibawa oleh malaikat Jibril dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, lalu naik ke langit ketujuh dan bertemu dengan Allah SWT.
Perjalanan Isra’ Mi’raj ini memiliki makna yang sangat penting bagi umat Islam. Perjalanan ini merupakan bukti nyata kekuasaan Allah SWT, yang mampu melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Selain itu, perjalanan ini juga menunjukkan bahwa Allah SWT sangat mencintai Nabi Muhammad SAW dan selalu menyertai beliau dalam setiap langkahnya. Perjalanan ini juga menjadi dasar penetapan shalat lima waktu bagi umat Islam.
Rincikan Perjalanan Isra’ Mi’raj
- Perjalanan dari Mekkah ke Yerusalem: Nabi Muhammad SAW dibawa oleh malaikat Jibril dengan menaiki Buraq, hewan tunggangan yang sangat cepat dan istimewa.
- Sholat di Masjidil Aqsa: Sesampainya di Yerusalem, Nabi Muhammad SAW sholat berjamaah bersama para nabi terdahulu.
- Perjalanan ke Sidratul Muntaha: Setelah itu, Nabi Muhammad SAW diangkat ke langit ketujuh, melewati berbagai tingkatan langit dan bertemu dengan para malaikat dan nabi terdahulu. Di langit ketujuh, beliau sampai di Sidratul Muntaha, tempat yang sangat tinggi dan mulia.
- Bertemu Allah SWT: Di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW dipertemukan dengan Allah SWT. Di sini, beliau menerima perintah shalat lima waktu dan berbagai wahyu lainnya.
Makna Penting Perjalanan Isra’ Mi’raj
- Bukti Kekuasaan Allah SWT: Perjalanan Isra’ Mi’raj menunjukkan bahwa Allah SWT mahakuasa dan mampu melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Perjalanan ini merupakan bukti nyata dari mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
- Penetapan Shalat Lima Waktu: Perjalanan Isra’ Mi’raj menjadi dasar penetapan shalat lima waktu bagi umat Islam. Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang sangat penting dan menjadi kewajiban bagi setiap muslim.
- Peningkatan Iman: Perjalanan Isra’ Mi’raj mengingatkan kita tentang kebesaran Allah SWT dan meningkatkan keimanan kita kepada-Nya. Perjalanan ini juga menunjukkan bahwa Allah SWT selalu menyertai Nabi Muhammad SAW dalam setiap langkahnya.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)
Penutup
Dengan mempelajari sejarah Nabi Muhammad SAW, kita dapat memahami lebih dalam ajaran Islam, meneladani akhlak mulia beliau, dan mengambil inspirasi dalam menghadapi tantangan kehidupan. Buku ini merupakan panduan yang komprehensif untuk mengenal lebih dekat sosok Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin agung yang membawa rahmat bagi seluruh alam.