Cara menghitung persediaan akhir metode rata rata tertimbang – Metode rata-rata tertimbang merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menghitung persediaan akhir. Metode ini menghitung nilai persediaan dengan menggunakan rata-rata tertimbang dari harga pokok pembelian barang. Cara ini dianggap lebih adil dibandingkan dengan metode FIFO atau LIFO karena tidak mengutamakan barang yang dibeli pertama atau terakhir, melainkan menggunakan rata-rata harga semua barang yang dibeli.
Metode ini cocok diterapkan dalam berbagai jenis bisnis, seperti toko retail, restoran, atau perusahaan manufaktur. Dengan memahami cara menghitung persediaan akhir menggunakan metode rata-rata tertimbang, Anda dapat mengelola persediaan dengan lebih baik dan menentukan harga jual produk secara efektif.
Pengertian Metode Rata-Rata Tertimbang: Cara Menghitung Persediaan Akhir Metode Rata Rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menghitung nilai persediaan akhir. Metode ini menghitung nilai persediaan akhir dengan cara menjumlahkan seluruh nilai persediaan awal dan pembelian selama periode tertentu, kemudian dibagi dengan jumlah total unit persediaan yang tersedia. Dengan kata lain, metode ini menggunakan rata-rata tertimbang dari harga per unit untuk menghitung nilai persediaan akhir.
Contoh Ilustrasi
Bayangkan sebuah toko yang menjual sepatu. Pada awal bulan, toko ini memiliki 10 pasang sepatu dengan harga Rp100.000 per pasang. Kemudian, toko tersebut membeli 15 pasang sepatu lagi dengan harga Rp120.000 per pasang. Sepanjang bulan, toko tersebut berhasil menjual 18 pasang sepatu. Untuk menghitung nilai persediaan akhir menggunakan metode rata-rata tertimbang, kita perlu melakukan langkah-langkah berikut:
- Hitung total nilai persediaan awal: 10 pasang x Rp100.000/pasang = Rp1.000.000
- Hitung total nilai pembelian: 15 pasang x Rp120.000/pasang = Rp1.800.000
- Hitung total nilai persediaan yang tersedia: Rp1.000.000 + Rp1.800.000 = Rp2.800.000
- Hitung total unit persediaan yang tersedia: 10 pasang + 15 pasang = 25 pasang
- Hitung harga rata-rata tertimbang: Rp2.800.000 / 25 pasang = Rp112.000/pasang
- Hitung nilai persediaan akhir: 7 pasang x Rp112.000/pasang = Rp784.000
Jadi, nilai persediaan akhir menggunakan metode rata-rata tertimbang adalah Rp784.000.
Perbedaan Metode Rata-Rata Tertimbang dengan Metode FIFO dan LIFO, Cara menghitung persediaan akhir metode rata rata tertimbang
Metode rata-rata tertimbang berbeda dengan metode FIFO (First In, First Out) dan LIFO (Last In, First Out) dalam menghitung nilai persediaan akhir. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan ketiga metode tersebut:
Metode | Asumsi | Contoh |
---|---|---|
Rata-Rata Tertimbang | Semua persediaan dicampur dan dihargai dengan harga rata-rata | Semua sepatu dihargai dengan harga rata-rata Rp112.000/pasang, terlepas dari kapan mereka dibeli |
FIFO | Persediaan yang dibeli pertama akan dijual pertama | Sepatu yang dibeli pertama (Rp100.000/pasang) akan dijual pertama, kemudian baru sepatu yang dibeli terakhir (Rp120.000/pasang) |
LIFO | Persediaan yang dibeli terakhir akan dijual pertama | Sepatu yang dibeli terakhir (Rp120.000/pasang) akan dijual pertama, kemudian baru sepatu yang dibeli pertama (Rp100.000/pasang) |
Pemungkas
Memahami cara menghitung persediaan akhir dengan metode rata-rata tertimbang akan membantu Anda dalam menentukan nilai persediaan yang lebih akurat. Metode ini juga membantu Anda dalam mengelola persediaan dan menentukan harga jual produk secara efektif. Dengan demikian, bisnis Anda dapat berjalan lebih efisien dan menguntungkan.