Sejarah aliran khawarij – Aliran Khawarij, salah satu aliran dalam Islam, lahir di tengah pergolakan politik dan sosial di Jazirah Arab pada abad ke-7 Masehi. Munculnya aliran ini dipicu oleh penolakan terhadap keputusan arbitrase yang diambil dalam konflik antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Khawarij menentang keras penolakan Ali terhadap keputusan arbitrase dan menganggap bahwa Ali telah berbuat dosa besar. Mereka kemudian mendeklarasikan diri sebagai kelompok yang terpisah dan menganggap diri mereka sebagai satu-satunya kaum muslim sejati.
Aliran Khawarij memiliki prinsip-prinsip yang kuat tentang tauhid, keadilan, dan kebebasan. Mereka percaya bahwa khalifah harus dipilih berdasarkan ketaatannya pada Al-Quran dan Sunnah, bukan berdasarkan keturunan atau kekuatan militer. Khawarij juga dikenal karena sikap keras mereka terhadap dosa dan keimanan. Mereka menganggap dosa sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang keluar dari Islam. Sepanjang sejarah, aliran Khawarij mengalami perpecahan menjadi berbagai kelompok dengan perbedaan pandangan dan praktik. Mereka meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah Islam, baik melalui konflik yang terjadi maupun pengaruh pemikiran mereka terhadap gerakan-gerakan Islam lainnya.
Asal Usul dan Latar Belakang Aliran Khawarij: Sejarah Aliran Khawarij
Aliran Khawarij merupakan salah satu kelompok dalam Islam yang muncul pada masa awal perkembangan Islam. Munculnya aliran ini dipicu oleh perbedaan pendapat dalam hal kepemimpinan dan penerapan hukum Islam. Aliran ini memiliki ciri khas dalam hal penafsiran terhadap konsep tauhid dan kriteria kepemimpinan dalam Islam. Untuk memahami asal usul dan latar belakang aliran Khawarij, perlu dipahami kondisi politik dan sosial di Jazirah Arab pada masa munculnya aliran ini, serta peristiwa Shiffin yang menjadi titik awal kemunculan mereka.
Kondisi Politik dan Sosial di Jazirah Arab pada Masa Munculnya Aliran Khawarij
Pada masa awal Islam, kondisi politik dan sosial di Jazirah Arab sangat dinamis. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, terjadi perebutan kekuasaan antara para sahabat Nabi. Hal ini memicu munculnya berbagai aliran dan kelompok dalam Islam. Di tengah situasi yang penuh dinamika ini, muncullah aliran Khawarij yang memiliki pandangan berbeda tentang kepemimpinan dan penerapan hukum Islam.
Peristiwa Shiffin dan Penolakan terhadap Keputusan Arbitrase, Sejarah aliran khawarij
Peristiwa Shiffin merupakan titik awal munculnya aliran Khawarij. Peristiwa ini terjadi pada tahun 657 Masehi, di mana terjadi pertempuran antara pasukan Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat, dengan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Suriah. Pertempuran ini terjadi karena perbedaan pendapat tentang siapa yang berhak menjadi khalifah.
Pada saat pertempuran mencapai puncaknya, pasukan Ali bin Abi Thalib terdesak. Untuk menghentikan pertempuran, pasukan Muawiyah mengibarkan Al-Quran di atas tombak sebagai tanda menyerukan perdamaian. Ali bin Abi Thalib pun setuju untuk menghentikan pertempuran dan menyerahkan keputusan kepada arbitrase.
Namun, sebagian pasukan Ali bin Abi Thalib menolak keputusan arbitrase ini. Mereka berpendapat bahwa hanya Allah SWT yang berhak untuk menentukan siapa yang berhak menjadi khalifah. Kelompok yang menolak keputusan arbitrase ini kemudian dikenal sebagai Khawarij, yang artinya “orang-orang yang keluar”.
Perbedaan Pandangan Khawarij dengan Aliran Islam Lainnya Terkait Khalifah dan Kepemimpinan
Aspek | Khawarij | Sunni | Syiah |
---|---|---|---|
Khalifah | Siapa saja yang memenuhi syarat, tanpa memandang keturunan atau suku | Seorang Muslim yang adil dan berilmu, dipilih oleh umat | Keturunan Nabi Muhammad SAW (Ali bin Abi Thalib dan keturunannya) |
Kepemimpinan | Berdasarkan ketaatan kepada Allah SWT dan Al-Quran, bukan kepada manusia | Berdasarkan ijma’ (kesepakatan ulama) dan qiyas (analogi) | Berdasarkan nas (teks Al-Quran dan Hadits) dan imam (pemimpin) |
Hukum | Penerapan hukum Islam secara ketat dan literal | Penerapan hukum Islam dengan memperhatikan konteks dan ijtihad | Penerapan hukum Islam dengan penafsiran khusus |
Ideologi dan Prinsip Utama Khawarij
Aliran Khawarij dikenal karena prinsip-prinsip teguh mereka yang menekankan kesucian iman dan keadilan. Mereka menentang segala bentuk penyimpangan dari ajaran Islam yang mereka anggap murni dan benar. Pandangan mereka tentang tauhid, dosa, dan hukum Islam menjadi ciri khas yang membedakan mereka dari aliran Islam lainnya.
Konsep Tauhid dalam Khawarij
Khawarij memiliki pandangan yang sangat ketat tentang tauhid, yang mereka definisikan sebagai pengakuan tunggal dan mutlak atas Allah SWT. Mereka menolak segala bentuk penyembahan selain Allah, termasuk penyembahan terhadap Nabi Muhammad SAW atau para sahabat. Mereka percaya bahwa hanya Allah SWT yang berhak disembah dan ditaati.
- Khawarij menolak konsep “tawil” (penafsiran) terhadap ayat-ayat Al-Quran, karena mereka percaya bahwa Al-Quran harus ditafsirkan secara literal dan tidak boleh diubah atau diinterpretasikan sesuai dengan keinginan manusia.
- Mereka menentang pemujaan terhadap orang-orang yang dianggap suci, seperti para wali atau orang-orang yang dianggap memiliki kekuatan supranatural.
Keadilan dan Kebebasan dalam Khawarij
Khawarij sangat menekankan keadilan dan kebebasan. Mereka percaya bahwa semua manusia diciptakan sama di hadapan Allah SWT, dan tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Mereka menentang segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, baik dari penguasa maupun dari individu.
Khawarij percaya bahwa setiap orang memiliki hak untuk berpendapat dan bertindak sesuai dengan keyakinannya, selama tidak melanggar hukum Allah SWT. Mereka menolak segala bentuk paksaan dalam beragama dan menganggap bahwa iman haruslah murni dan berasal dari hati, bukan dari paksaan.
Pandangan Khawarij tentang Dosa dan Keimanan
Khawarij memiliki pandangan yang sangat keras tentang dosa dan keimanan. Mereka percaya bahwa dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah SWT, dan setiap pelanggaran, betapapun kecilnya, akan menyebabkan seseorang keluar dari Islam.
- Mereka percaya bahwa dosa besar, seperti syirik, zina, dan pembunuhan, akan membuat seseorang menjadi kafir dan tidak lagi berhak mendapatkan ampunan Allah SWT.
- Khawarij juga percaya bahwa iman haruslah kuat dan kokoh, dan tidak boleh tergoyahkan oleh godaan duniawi. Mereka menentang segala bentuk kompromi dalam masalah agama dan menganggap bahwa iman haruslah murni dan tidak tercampuri oleh kepentingan duniawi.
Hukum dan Hukum Islam dalam Pandangan Khawarij
Khawarij memiliki pandangan yang sangat ketat tentang hukum Islam. Mereka percaya bahwa hukum Islam harus diterapkan secara ketat dan tidak boleh ada pengecualian. Mereka menolak segala bentuk interpretasi atau penafsiran hukum Islam yang berbeda dengan pemahaman mereka.
Khawarij percaya bahwa hukum Islam adalah hukum yang sempurna dan tidak boleh diubah atau diubah oleh manusia. Mereka menentang segala bentuk penafsiran hukum Islam yang didasarkan pada kepentingan politik atau kekuasaan.
Perbedaan Pendapat dalam Khawarij
Meskipun memiliki prinsip-prinsip dasar yang sama, aliran Khawarij terpecah menjadi beberapa kelompok yang memiliki perbedaan pendapat tentang interpretasi dan penerapan prinsip-prinsip mereka. Perbedaan ini muncul karena berbagai faktor, seperti perbedaan dalam memahami Al-Quran dan Sunnah Nabi, serta perbedaan dalam penafsiran tentang hukum Islam.
- Beberapa kelompok Khawarij percaya bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar, seperti syirik, zina, dan pembunuhan, harus dibunuh. Kelompok lain berpendapat bahwa hukuman untuk dosa besar harus diputuskan oleh hakim yang adil.
- Beberapa kelompok Khawarij percaya bahwa pemimpin Islam harus dipilih oleh rakyat, sementara kelompok lain percaya bahwa pemimpin Islam harus ditunjuk oleh Allah SWT.
Pengaruh dan Dampak Aliran Khawarij
Aliran Khawarij, meskipun tergolong minoritas dalam sejarah Islam, meninggalkan jejak yang signifikan dalam perkembangan politik dan pemikiran Islam. Pemikiran mereka yang radikal dan penolakan mereka terhadap otoritas politik yang dianggap tidak adil, membawa dampak yang luas dan berkelanjutan.
Pengaruh Terhadap Politik dan Sosial
Khawarij memainkan peran penting dalam membentuk lanskap politik dan sosial di Jazirah Arab dan sekitarnya. Mereka menentang kekuasaan khalifah yang dianggap tidak adil, seperti Khalifah Ali bin Abi Thalib. Hal ini memicu konflik bersenjata dan perpecahan di dalam komunitas Muslim.
- Khawarij menolak kekuasaan khalifah yang dianggap tidak adil dan menerapkan konsep pemerintahan yang murni berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
- Mereka menentang kompromi politik dengan kaum kafir dan menekankan prinsip “al-hukm li-llah” (kekuasaan hanya untuk Allah).
- Perjuangan mereka melawan kekuasaan yang korup menginspirasi gerakan-gerakan perlawanan di masa kemudian.
Pengaruh Terhadap Pemikiran Islam
Pemikiran Khawarij memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pemikiran Islam, terutama dalam hal doktrin dan teologi.
- Mereka memperkenalkan konsep “tawhid” (ketuhanan tunggal) yang ketat, menolak penyembahan terhadap manusia atau makhluk lain.
- Mereka menentang tafsir Al-Quran yang bersifat alegoris dan menekankan penafsiran literal.
- Ide-ide mereka tentang keadilan dan kesetaraan, meskipun diimplementasikan secara radikal, memberikan pengaruh terhadap gerakan-gerakan sosial dan politik Islam di kemudian hari.
Dampak Terhadap Sejarah Islam
Khawarij terlibat dalam konflik yang berkelanjutan dengan aliran Islam lainnya, seperti Sunni dan Syiah. Konflik ini berdampak signifikan terhadap perkembangan sejarah Islam.
- Pertempuran Siffin (657 M) antara Khalifah Ali dan Muawiyah, yang dipicu oleh intervensi Khawarij, menandai perpecahan awal di dalam komunitas Muslim.
- Konflik Khawarij dengan kaum Sunni dan Syiah memperumit dinamika politik dan sosial di dunia Islam.
- Mereka meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Islam, termasuk perkembangan doktrin, teologi, dan politik.
Perdebatan dan Kontroversi tentang Aliran Khawarij
Aliran Khawarij, yang muncul pada masa awal Islam, telah memicu perdebatan dan kontroversi yang tak kunjung padam dalam sejarah Islam. Pandangan mereka yang tegas tentang tauhid, keadilan, dan kepemimpinan, yang berbeda dengan mayoritas umat Islam, telah melahirkan berbagai perdebatan teologis dan politik yang rumit.
Perbedaan Pandangan tentang Tauhid dan Keadilan
Salah satu sumber utama perdebatan adalah pandangan Khawarij tentang tauhid dan keadilan. Mereka meyakini bahwa setiap muslim yang berdosa besar, seperti membunuh orang yang tidak bersalah, menjadi kafir dan keluar dari Islam. Pandangan ini sangat berbeda dengan mayoritas umat Islam yang percaya bahwa dosa besar tidak lantas membuat seseorang kafir.
- Khawarij menolak kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan karena menganggap mereka telah melakukan dosa besar dalam pertempuran Siffin.
- Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang adil haruslah seorang muslim yang taat dan tidak melakukan dosa besar.
- Mayoritas umat Islam, yang terwakili oleh aliran Sunni dan Syiah, menolak pandangan ini dan berpendapat bahwa dosa besar tidak lantas membuat seseorang kafir dan tidak serta merta mencabut hak seseorang untuk memimpin.
Penilaian Para Ulama dan Cendekiawan Islam
Para ulama dan cendekiawan Islam memiliki pandangan yang beragam tentang aliran Khawarij. Beberapa menilai Khawarij sebagai aliran yang sesat, sementara yang lain melihat mereka sebagai kelompok yang memiliki prinsip-prinsip yang kuat, meskipun dalam praktiknya mereka seringkali bersikap ekstrem.
- Imam Syafi’i, salah satu ulama besar dalam Islam, menganggap Khawarij sebagai kelompok yang sesat karena pandangan mereka yang ekstrem tentang tauhid dan keadilan.
- Imam Abu Hanifah, ulama lain yang berpengaruh, juga mengkritik Khawarij, tetapi melihat mereka sebagai kelompok yang memiliki semangat religius yang kuat.
- Namun, beberapa cendekiawan Islam, seperti Ibn Khaldun, melihat Khawarij sebagai kelompok yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam, meskipun mereka mengkritik beberapa praktik Khawarij yang dianggap ekstrem.
Perkembangan Pandangan tentang Khawarij
Pandangan tentang Khawarij telah berkembang seiring waktu dalam sejarah Islam. Pada masa awal Islam, Khawarij dianggap sebagai ancaman serius terhadap kesatuan umat Islam. Mereka terlibat dalam pemberontakan dan perang melawan pemerintah Islam.
- Seiring berjalannya waktu, pengaruh Khawarij semakin berkurang, tetapi mereka tetap menjadi kelompok minoritas yang memiliki pandangan yang berbeda dengan mayoritas umat Islam.
- Pada masa modern, beberapa kelompok Islam, seperti Salafi, telah menunjukkan pengaruh pemikiran Khawarij dalam pandangan mereka tentang tauhid dan keadilan.
- Namun, secara umum, Khawarij tetap menjadi kelompok minoritas dalam Islam dan pandangan mereka tentang tauhid dan keadilan tidak diterima secara luas oleh mayoritas umat Islam.
Ringkasan Penutup
Sejarah aliran Khawarij adalah cerminan kompleksitas pemikiran dan dinamika Islam di masa awal. Perjalanan mereka, dari munculnya sebagai kelompok yang menentang ketidakadilan hingga perpecahan menjadi berbagai kelompok, menunjukkan betapa pentingnya prinsip-prinsip dasar Islam seperti tauhid, keadilan, dan kebebasan dalam membentuk identitas dan perilaku umat Islam. Meskipun aliran Khawarij telah mengalami pasang surut dalam sejarah, pemikiran mereka terus menjadi bahan kajian dan perdebatan di dunia Islam. Aliran ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami akar sejarah dan pemikiran Islam untuk memahami dinamika Islam masa kini.